EPISTIMOLOGI
Epistemologi, dari
bahasa Yunani episteme
(pengetahuan) dan logos (kata/
pembicaraan/ ilmu adalah cabang filsafat yang
berkaitan dengan asal, sifat, karakter
jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering
diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu
pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan
kebenaran dan keyakinan.dengan demikian epistemology berarti teori pengetahuan.
Epistemology
atau teori pengeahuan iyalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian pengandaian, dan dasar dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pertanyaan yang dimiliki.
Epistemology
membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.
Tatkala manusia lahir dia tidak memiliki pengetahian sedikitpun setelah nerumur 40 tahun pengetahuan banyak
sekali mereka dapat, bagaimana cara memperoleh pengetahuan itu, mengapa dapat
juga berbeda timgkat akurasinya hal hal seperti itulah yang di bicarakan dalam
epistemology . runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology
adalah filsafat pengetahuan karena ia membicarakan hal pengetahuan. Istilah
epistemology pertama kali muncul dan di gunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun
1845.
P.
Hardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari dan mencoba menentukan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian
dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki. Sedangkan D.W. Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang
filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan
pengandaian-pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya
sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Sementara itu,
Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas
tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.
Menurut J Sudarminta dalam bukunya Epistimologi Dasar,
epistimologi adalah cabang ilmu filsafat yang secara khusus menggeluti
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang
pengetahuan.
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan).
Logos (perkataan, pikiran, ilmu). Maka secara harfiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepat-tepatnya dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan.
Epistimoligi kadang juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge: Erkenthnistheorie).
Sebagai cabang
ilmu filsafat, epistimilogi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri
umum dan hakiki dari pengetahuan manusia.
Epistimologi bermaksud secara kritis mengkaji
pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya
pengetahuan serta mancoba memberi pertanggung jawaban rasional terhadap klaim
kebenaran dan objektivitasnya.
Epistimologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya
merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif
pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam
sekitarnya. Maka epistimologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat
evaluatif, normatif dan kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai, ia
menilai adalah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan
dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya atau memiliki dasar yang dapat
dipertanggung jawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan tolok
ukur kenelaran bagi kebenaran pengetahuan. Kritis berarti banyak
mempertanyakan dan menguji kenalaran cara maupun hasil kegiatan manusia
mengetahui.
Menurut Prof. Dr. Juhaya S. Praja dalam bukunya
aliran-aliran filsafat, secara umum epistimologi dijelaskan sebagai cabang
filsafat yang membahas ruang lingkup dan batas-batas pengetahuan. Studi ini
mencari jalan untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang meliputi
pengkajian sumber-sumber watak, dan kebenaran pengetahuan.
Istilah yang
digunakan untuk nama teori pengetahuan adalah epistimologi, yang berasal dari
bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logy (teori).
Epistemologi
juga disebut sebagai cabang filsafat yang relevansi dengan sifat dasar dan
ruang lingkup pengetahuan, pra-anggapan-pra-anggapan, dan dasar-dasarnya, serta
rehabilitas umum dari tuntutan akan pengetahuan. Epistemologi secara sederhana
dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mengkaji asal mula, struktur,
metode, dan validity pengetahuan.
Berdasarkan
berbagai defenisi itu dapat diartikan, bahwa epistemologi yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang meliputi :
a.Filsafat, yaitu sebagai cabang filsafat yang berusaha mencari hakikat dan kebenaranpengetahuan.
b.Metode, sebagai metode bertujuan mengatur manusia untuk memperoleh pengetahuan.
c.Sistem, sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan itu sendiri.
Jadi
epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan pengetahuan dan
dipelajari secara substantif.
PENGETAHUAN
Filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.
Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, apakah pengetahuan itu benar-benar
benar atau tidak, untuk itu perlu dimengerti apa itu yang benar dan bagaimana
manusia mengetahui kebenaran.
Pengetahuan memiliki tiga fungsi
yaitu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol. Penjelasan keilmuan memungkinkan
kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut dapat
dilakukan upaya untuk megontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Aristotales membagi kerja dasar intelektual ke dalam [1] memahami obyek, [2]
membentuk dan memilah, [3] menalar dari sesuatu yang diketahui kepada sesuatu
yang tidak diketahui.[1] Anasir itu membentuk suatu disiplin yang ditempuh oleh
Aristoteles yang kemudian disebut “Logika”, yang oleh Aristoteles bertujuan
untuk membuat dan menguji inferensi (kesimpulan keilmuan) (Noeng Muhadjir,
1999:23)
Menurut Encyclopedia of
Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge
is justified true belief). Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang
diketahui atauhasil pekerjaan mengetahui. Mengetahui itu hasil kenal, sadar,
insaf, mengerti, benar dan pandai. Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak
benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan
merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar.
Pengetahuan (knowledge) merupakan
terminologi generik yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan
demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya
serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan
v TUJUAN
Tujuan manusia mempunyai
pengetahuan adalah:
a.
Memenuhi
kebutuhan untuk kelangsungan hidup
b. Mengembangkan arti kehidupan
c. Mempertahankan kehidupan dan
kemanusiaan itu sendiri
d. Mencapai tujuan hidup.
v JENIS
Ada beberapa jenis Pengetahuan
yaitu:
a.
Pengetahuan
biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa
mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
b. Pengetahuan ilmiah atau Ilmu,
adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk
digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas untuk mengetahui
kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
c. Pengetahuan filsafat, adalah
pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab
yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman biasa.
d. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan
yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi dan Rosul-Nya. Pengetahuan ini
bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
v HAKEKAT PENGETAHUAN
Ada dua teori yang digunakan
untuk mengetahui hakekat Pengetahuan:
1.
Realisme,
teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan adalah
gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2. Idealisme, teori ini menerangkan
bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental/psikologis yang bersifat
subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada
dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan
mengetahuinya. Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam
alam semesta.
v
SUMBER PENGETAHUAN
1. Empirisme
menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos= pengalaman). Dalam hal
ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan
cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 –1704),
George Barkeley (1685 -1753) dan David Hume.
Empirisme
adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil
dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai
suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat
bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal,
melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah,
telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang
sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme
yaitu:
1.
Pandangan
bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
2.
Pengalaman
inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3.
Semua
yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4.
Semua
pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari
data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5.
Akal
budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6.
Empirisme
sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan.
Ø
Tokoh-Tokoh
Empirisme
Aliran
empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan
Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh
berikutnya, John Locke dan David
Hume.
a.
John
Locke (1632-1704)
a
lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia
juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga
buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600;
letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government,
terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme.
Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut
empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera.
Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala
sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih
dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu
terisi.
Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).
b.
David
Hume (1711-1776).
David
Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat
tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan
juga filsafat. Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen
understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral
yang terbit tahun 1751.
Pemikiran
empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my
self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada
setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh
pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam
merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu
melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang
disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran
Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama
dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi
) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan
kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan, rangkaian
pemikiran tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Ø
JENIS EMPIRISME
1.
Empirio-kritisisme
Disebut
juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran
ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin
“membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan,
kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran
ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau
sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai
kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi,
karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti
metafisik.
2.
Empirisme
Logis
Analisis logis Modern dapat
diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme
Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut :
a.
Ada
batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan
induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b.
Semua
proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi
mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada
seketika
c.
Pertanyaan-pertanyaan
mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
3.
Empiris
Radikal
Suatu aliran yang berpendirian
bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang
tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal
kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah
menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat
menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada
kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa
pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan
untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan.
Dalam situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel
certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada
pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data
inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis
sama sekali.
2. Rasionalisme
Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan
diperoleh haruslah dengan cara berpikir.
Pengertian
lain rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang
menyatakan bahwa kebenaran ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis
yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme
dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi
diskursus sosial dan filsafat di luar
kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan
kedua bentuk tersebut: Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan
keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting
daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang
dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik. Atheisme adalah
suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme
tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak
kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme
yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.
Di
luar konteks religius, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum,
umpamanya kepada masalah-masalah politik atau sosial.
Dalam kasus-kasus seperti ini, yang menjadi ciri-ciri penting dari perpektif
para rasionalis adalah penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau
kepercayaan yang sedang populer.
Pada
pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme
yang terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum
intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan
rasionalisme kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling
jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang
mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme
kontinental sama sekali.
Latarbelakang
munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah
diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan
yang dihadapi. Para tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah :
a.
Rene Descartes ( 1596- 1650 M )
Descartes disamping tokoh rasionalisme
juga dianggap sebagai bapak filsafat, terutama karena dia dalam
filsafat-filsafat sungguh-sungguh diusahakan adanya metode serta penyelidikan
yang mendalam. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran.
a
yang mendirikan aliran Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang
dapat dipercayai adalah akal. Ia tidak puas dengan filsafat scholastik karena
dilihatnya sebagai saling bertentangan dan tidak ada
kepastian. Adapun sebabnya karena tidak ada metode berpikir yang pasti.
Descartes
merasa benar-benar ketegangan dan ketidak pastian merajalera ketika itu dalam
kalangan filsafat. Scholastic tak dapat memberi keterangan yang memuaskan
kepada ilmu dan filsafat baru yang dimajukan ketika itu kerapkali bertentangan
satu sama lain.
Descartes
mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Seakan- akan ia membuang
segala kepastian, karena ragu-ragu itu suatu cara berpikir. Ia ragu- ragu bukan
untuk ragu-ragu, melainkan untuk mencapai kepastian. Adapun sumber kebenaran
adalah rasio. Hanya rasio sejarah yang dapat membawa orang kepada kebenaran.
Rasio pulalah yang dapat memberi pemimpin dalam segala jalan pikiran. Adapun
yang benar itu hanya tindakan budi yang terang-benderang, yang disebutnya ideas
claires et distinctes. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber
kebenaran, maka aliran ini disebut Rasionalisme.
b.
Spinoza
(1632- 1677 M)
Spinoza
dilahirkan pada tahun 1632 M. Nama aslinya adalah barulah Spinoza ia adalah
seorang keturunan Yahudi di Amsterdam. Ia lepas dari segala ikatan agama maupun
masyarakat, ia mencita- citakan suatu sistem berdasrkan rasionalisme untuk
mencapai kebahagiaan bagi manusia.menurut Spinoza aturan atau hukum ynag
terdapat pada semua hal itu tidak lain dari aturan dan hukum yang terdapat pada
idea. Baik Spinoza maupun lebih ternyata mengikuti pemikiran Descartes itu, dua
tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam
metafisika, dan kedua juga mengikuti metode Descantes.
c.
Leibniz
Gottfried
Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716 M. ia
filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai
pemerintahan, pembantu pejabat tinggi Negara. Waktu mudanya ahli piker Jerman
ini mempelajari scholastik.
Ia
kenal kemudian aliran- aliran filsafat modern dan mahir dalam ilmu. Ia menerima
substansi Spinoza akan tetapi tidak menerima paham serba Tuhannya (pantesme).
Menurut Leibniz substansi itu memang mencantumkan segala dasar kesanggupannya,
dari itu mengandung segala kesungguhan pula. Untuk menerangkan permacam- macam
didunia ini diterima oleh Leibniz yang disebutnya monaden. Monaden ini semacam
cermin yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan cara sendiri.
3. Intuisi
( intusionisme )
Intuisi merupakan pengetahuan yang bergerak antara
rasional dan literal. Sehingga untuk memahaminya, tidak cukup hanya menggunakan
kategori akal. Tetapi harus memiliki keyakinan bahwa semua keyakinan dimuka
bumi tidak terlepas dari sunatullah. Proses berlangsungnya sunatullah itu
melewati beberapa tahapan yang sudah pasti terjadi sebelum sampai pada
kejadianya itu sendiri. Direntang waktu inilah lahir kekuatan alam bawah sadar
manusia yang disebut intuisi.
Dengan
intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses
pernalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari
evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
Cara untuk memberdayakan daya intuisi agar berfanfaat
dalam kehidupan adalah :
a.
Meyakini dan menghargai intuisi
Keyakinan
merupakan awal dari segalanya. Dengan meyakini bahwa anda mampu dan mempunyai
intuisi, serta meyakini kalau anda mampu mengetuk dan berniat mengembangkanya,
maka intuisipun akan berkembang sebagaimana anda harapkan serta memberikan
informasi dan hal-hal lain yang bermanfaat dalam kehidupan.
b.
Meningkatkan spiritual
Intuisi
bergerak antara rasional dan literal (sesuatu yang tidak dapat dibayangkan).
Sehingga untuk mempertajam intuisi, kemampuan yang ada pada diri kita saja
tidak cukup dan perlu campur tangan pemilik kehidupan. Dengan mendekatkan diri
kepada sang pencipta, ibaratnya kita memasang radar untuk menangkap dan
mendeteksi isyarat-isyarat yang datang dari langit. Bagi umat islam bisa
melakukan kegiatan kerohanian, salah satunya adalah dengan berzikir. Sementara
bagi umat Kristen dapat melakukan kegiatan antara lain melantunkan lagu-lagu
pujian, doa. Sedangkan bagi penganut kepercayaan lain dapat melakukan latihan
pernafasan atau bermeditasi.
c.
Pengendalian emosi
Indera
keemam akan dapat berfungsi dengan baik apabila emosi senantiasa terkontrol.
Memberdayakan intuisi tidak berbeda halnya dengan mengaktifkan indera tidak
kasat mata. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari diusahakan semaksimal mungkin
agar emosi dapat selalu terjaga. Untuk menjaganya diupayakan agar kerja pikiran
dan perasaan selalu seimbang.
d.
Mengisi
jiwa
Menghayati
perasaan dan senantiasa belajar untuk membaca fenomena-fenomena yang terjadi
disekitarnya akan memiliki kepedulian yang lebih dalam memperhatikan keadaan
kejiwaan orang lain. Dan juga peka membaca perubahan-perubahan yang terjadi
disekelilingnya. Kepekaan jiwa dan perasaan sangat penting untuk dimiliki,
karena intuisi sering dating lewat tanda-tanda ,perlambang-perlambang yang
membutuhkan kepekaan perasaan untuk bisa menangkap dan menterjemahkannya.
e.
Permainan
mengendalikan indera mistik
Salah satu cara untuk melatih dan mengasah indera
mistik yaitu dengan melakukan permainan sederhana. Permainan tersebut dilakukan
secara rutin setiap hari dengan meluangkan waktu sekitar seperempat jam.
Caranya adalah dengan menuliskan keinginan, harapan, atau apa saja yang sangat
diidam-idamkan dalam sebuah buku.yang harus ditulis adalah sesuatu yang
benar-benar keluar dari dalam hati, dan bukan sekedar rekaan saja. Keinginan
tersebut dapat berupa benda , atau yang bersifat non materiil. Setelah itu
bayangkan bahwa keinginan tersebut benar-benar tercapai, tanpa berpikir
bagaimana cara mencapaainya. Baru kemudian buku ditutup dan kerjakan aktifitas
rutin sehari-hari.lakukan hal tersebut setiap hari selama sebulan lamanya.
Setelah satu bulan buka kembali buku anda dan bacalah keinginan dan harapan
yang telah anda tulis. Maka anda akan menemukan sebagian dari keinginan
tersebut dapat tercapai.
f. Membaca mimpi
Biasanya mimpi dating dalam bahasa atau perlambang
yang dapat dimengerti, dan intuisi sering hadir dalam wujud mimpi. Karena itu
cobalah untuk belajar membaca dan memperhatikan tema-tema besar apa yang muncul
dalam mimpi anda.
4. Illuminasionisme
(hati)
Paham ini mirip dengan intuisi tetapi mempunyai
perbedaan dalam metodologinya. Intuisi diperoleh melalui perenungan dan
pemikiran yang mendalam, tetapi dalam illuminasi diperoleh melalui hati. Secara
lebih umum illiminasi banyak berkembang dikalangan agamawan dan dalam Islam
dikenal dengan teori kasyf yaitu teori yang mengatakan bahwa manusia yang
hatinya telah bersih mampu menerima pengetahuan dari Tuhan. Kemampuan menerima
pengetahuan secara langsung ini, diperoleh melalui latihan spiritual yang
dikenal dengan suluk atau riyadhah. Lebih khusus lagi, metode ini diajarkan
dalam thariqat. Pengetahuan yang diperoleh melalui illuminasi melampaui
pengetahuan indera dan akal. Bahkan sampai pada kemampuan melihat Tuhan,
syurga, neraka dan alam ghaib lainnya.
Di dalam ajaran Tasawuf, diperoleh pemahaman bahwa
unsur Ilahiyah yang terdapat pada manusia ditutupi (hijab) oleh hal-hal
material dan hawa nafsunya. Jika kedua hal ini dapat dilepaskan, maka kemampuan
Ilahiyah itu akan berkembang sehingga mampu menangkap objek-objek ghaib
5.
Wahyu (Tuhan)
Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan
melalui hambanya yang terpilih untuk menyampaikannya (NabidanRosul). Melalui
wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang
terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.
Wahyu sebagai sumber pengetahuan juga berkembang
dikalangan agamawan. Wahyu adalah pengetahuan agama disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat perantara para nabi yang memperoleh pegetahuan tanpa
mengusahakannnya. Pengetahuan ini terjadi karena kehendak Tuhan. Hanya para
nabilah yang mendapat wahyu.
Wahyu Allah berisikan pengetahuan yang baik mengenai
kehidupan manusia itu sendiri, alam semesta dan juga pengetahuan transendental,
seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, alam semesta dan
kehidupan di akhitar nanti. Pengetahuan wahyu lebih banyak menekankan pada
kepercayaan yang merupakan sifat dasar dari agama.
6.
Fenomenalisme
Secara harfiah, fenomenalisme adalah aliran atau
faham yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan
dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan
seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi,
serta membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang
pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang
evidensi yang langsung.
Tokoh-tokoh aliran fenomenalisme, antara lain:
Edmund Husserl (1859 -1938), Max Scheler (1874 -1928), Hartman (1882 -1950),
Martin Heidegger (1889 -1976), Maurice Merleau-Ponty (1908 -1961), Jean Paul
Sartre (1905 -1980), dan Soren Kierkegaard (1813 -1855).
CARA
atau METODE Untuk Memperoleh Pengetahuan
Kata metode berasal bahasa Yunani yaitu kata
"methos" yang terdiri dari unsur kata berarti cara, perjalanan
sesudah, dan kata "kovos" berarti cara perjalanan, arah. Metode
merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa
proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu
penelitian dan kajian ilmiah. Pertanyaan utama dalam permasalahan epistemologi
(pengetahuan) yang dimunculkan dan dibahas adalah mengenai bagaimana cara
memperoleh tentang pengatahuan? atau lebih tepatnya bagaimana metode untuk
memperoleh pengetahuan?. Menurut kajian epistemologi terdapat beberapa metode
untuk memperoleh pengetahuan, diantaranya adalah :
1.
Metode Empirisme
Menurut paham empirisme, metode untuk memperoleh
pengetahuan didasarkan pada pengalaman yang bersifat empiris, yaitu pengalaman
yang bisa dibuktikan tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia.
Seperti petanyaan-pertanyaan bagaimana orang tahu es membeku? Jawab kaum
empiris adalah karena saya melihatnya (secara inderawi/panca indera), maka
pengetahuan diperoleh melalui perantaraan indera. Menurut John Locke (Bapak
Empirisme Britania) berkata, waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan
sejenis buku catatan kosong, dan didalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalaman indera. Akal merupakan sejenis tempat penampungan, yang
secara prinsip menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Proses terjadinya
pengetahuan menurut penganut empirisme berdasarkan pengalaman akibat dari suatu
objek yang merangsang alat inderawi, kemudian menumbuhkan rangsangan saraf yang
diteruskan ke otak. Di dalam otak, sumber rangsangan sebagaimana adanya dan
dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat
inderawi ini. Kesimpulannya adalah metode untuk memperoleh pengetahuan bagi
penganut empirisme adalah berdasarkan pengalaman inderawi atau pengalaman yang
bisa ditangkap oleh panca indera manusia.
2.
Metode Rasionalisme
Metode
ini adalah metode yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan dengan
pertimbangan-pertimbangan atau menggunakan kriteria kebenaran yang dapat
diterima rasio.
Metode ini sebagaimana diterangkan dalam pendekatan
epistemologis diatas merupakan metode yang dikembangkan pertama kali oleh Rene
Descartes.
Metode ini mempunyai mekanisme kerja yaitu
menggunakan standar rasio untuk menentukan validitas ilmu pengetahuan dan juga
untuk mencari sumber ilmu pengetahuan. Akan tetapi, pemikiran ini obyeknya
dibatasi pada sekup empiris saja. Dan juga metode ini mengandalkan skeptisis
dalam mencari sebuah kebenaran. Namun kebanyakan metode ini selalu terus
menerus.
Metode rasional ini mempunyai peranan yang sangat
besar dalam epistemologi Barat, karena ini merupakan ciri filsafat modern dan
berpikir ilmiah.
Rasionalisme dapat dibagi menjadi 3 yaitu
·
Induktif
: pendekatan yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang disimpulkan
pada fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diteliti. Berpikir induktif adalah bentuk dari apa yang disebut generalisasi.
Induksi (induction)
adalah cara mempelajarai sesuatu yang bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan
hukum atau hal yang bersifat umum. Metode berpikir induktif merupakan cara
berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
khusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum.
·
Deduktif
: prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus. Dari segi bahasa, deduktif atau deduksi
berasal dari Bahasa Inggris, yaitu deduction yang artinya penarikan kesimpulan-kesimpulan dari
keadaan-keadaan umum atau menemukan yang khusus dari yang umum. Pendekatan
deduktif juga diartikan sebagai cara berpikir dimana pernyataan yang bersifat
umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dalam
pendekatan deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme yang secara
sederhana digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.
·
Pragmatik
: logika pengamatan dimana
kebenaran itu membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Pragmatik berasal dari
bahasa Yunani: Pragma artinya yang dikerjakan, dilakukan, perbuatan, tindakan.
Menurut pendekatan pragmatik tentang kebenaran, suatu proporsi adalah benar
sepanjang teori berlaku atau memuaskan.
3.
Metode Fenomenalisme
Secara harfiah, fenomenalisme adalah aliran atau
faham yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan
dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan
seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi,
serta membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang
pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang
evidensi yang langsung.
4.
Metode Intuisionisme
Metode intuisionisme adalah suatu metode untuk
memperoleh pengetahuan melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi
atau pengetahuan yang ada perantaraannya. Menurut Henry Bergson, penganut
intusionisme, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui suatu pengetahuan
secara langsung. Metode intuisionisme adalah metode untuk memperoleh
pengetahuan dalam bentuk perbuatan yang pernah dialami oleh manusia. Jadi
penganut intuisionisme tidak menegaskan nilai pengalaman inderawi yang bisa
menghasilkan pengetahuan darinya. Maka intuisionisme hanya mengatur bahwa
pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi.
5. Metode dialogis
Dialog merupakan salah satu metode epistemologi
Barat. Dialog berarti menyuruh manusia agar berpikir kritis dan rasional.
Dengan dialog ilmu pengetahuan dapat dikembangkan dengan cepat. Dan dengan
dialog juga ilmu pengetahuan dibentuk.
Dialog menjadikan manusia lebih dapat berpikir
kritis terhadap validitas ilmu pengetahuan. Dalam kapasitasnya sebagai metode
epistemologi, dialog menjadi salah satu tumpuan harapan dalam menggali,
menyusun, merumuskan, membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
6. Metode Komparatif
Metode ini merupakan metode untuk memperoleh
pengetahuan dengan cara membandingkan pengetahuan-pengetahuan. Jujun S.
Suriasumantri mengatakan “pengetahuan yang didapat berdasarkan perbandingan
mempunyai banyak kegunaan”.
Metode komparatif ini selain sebagai metode
epistemologi, pada tahap operasionalnya juga menjadi salah satu metode
penelitian. Adapun dari segi mekanisme kerja ini, metode komparatif
diaplikasikan melalui langkah-langkah kerja secara bertahap sebagai berikut: 1)
menelusuri permasalahan-permasalahan yang setara tingkat dan jenisnya; 2)
mempertemukan dua atau lebih permasalahan yang setara tersebut; 3)
mengungkapkan ciri-ciri dari obyek yang dibandingkan secara jelas dan terinci;
4) mengungkapkan hasil perbandingan; 5) menyusun atau memformulasikan kembali
teori yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
7. Metode Kritis
Salah satu cara mengembangkan pengetahuan adalah
dengan kritik. Kriik sangat berperan dalam mewujudkan dinamika ilmu pengetahuan.
Kritik merupakan motif utama bagi perkembangan intelektual. Tanpa kritik tak
ada motif rasional untuk mengubah teori-teori kita.
Akan tetapi dalam kritik biasanya terjadi
kontradiksi. Kontradiksi tidak boleh dibiarkan, harus dicari solusinya agar
mendapat kepastian. Menerima kontradiksi menyebabkan kritik berhenti dan
membawa kejatuhan ilmu.
8.
Metode Ilmiah
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan
dilakukan dengan cara menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai
pendekatan bersama dan dibentuk dengan ilmu. Metode ilmiah diawali dengan
pengalaman-pengalaman dan dihubungkan satu sama lain secara sistematis dengan
fakta-fakta yang diamati secara inderawi. Untuk memperoleh pengetahuan dengan
metode ilmiah dibuktikan hipotesa, yaitu usulan penyelesaian berupa saran dan
sebagai konsekuensinya harus dipandang bersifat sementara dan memerlukan
verifikasi dalam proses hipotesis ini. Kegiatan akal bergerak keluar dari
pengalaman mencari suatu bentuk untuk didalamnya disusun fakta-fakta secara nyata.
Untuk memperkuat hipotesa dibutuhkan dua bahan-bahan bukti :
a. Bahan-bahan keterangan yang diketahui harus cocok dengan hipotesa tersebut.
b. Hipotesa itu harus meramalkan bahan-bahan yang
dapat diamati yang memang demikian keadaannya. Pada metode ilmiah dibutuhkan
proses peramalan dengan deduksi. Deduksi pada hakikatnya bersifat rasionalistis
dan merupakan suatu faktor penting didalam metode ilmiah.
Pendekatan
Epistemologi
Dalam epistemologi Barat terdapat pendekatan yang
berbeda dengan epistemologi islam. Dari pendekatan ini dapat disimpulkan
macam-macam epistemologi Barat. Epistemologi Barat telah mengadakan
imperialisme ke seluruh dunia dengan pendekatan-pendekatannya yang meniadakan
aspek teologi. Maka dari itu kita perlu mengidentifikasi pendekatan-pendekatan
tersebut agar lebih jelas mengetahui mengenai epistemologi Barat.
Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan skeptis,
rasional-empirik, dikotomik, positivis obyektivis dan anti metafisika
1. Pendekatan Skeptis
Ciri skeptis adalah keragu-raguan (kesangsian)
tampaknya menjadi warna dasar bagi epistemologi Barat. Skeptisisme ini buat
pertama kalinya di Dunia Barat diperkenalkan oleh Rene Descartes. Dia mendapat
gelar bapak filsafat modern. Bagi Descartes, filsafat dan ilmu pengetahuan
dapat diperbarui melalui metode dengan menyangsikan segala-galanya. Dalam
bidang ilmiah, tidak ada sesuatu yang dianggap pasti; semuanya dapat
dipersoalkan dan pada kenyataannya dapat dipersoalkan juga, kecuali ilmu pasti.
Pikiran-pikiran Descartes inilah yang mewarnai filsafat modern, demikian juga
epistemologinya. Dalam pemikirannya itulah menurutnya, jika orang ragu-ragu
terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itulah jelas ia ada sedang
berpikir. Sebab sesuatu yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas
terang benderang. Corgito Ergo Sum , saya berpikir, maka jelaslah saya
ada.
Sikap keragu-raguan terhadap sesuatu tersebut akan
memberikan koreksi yang berkesinambungan terhadap segala sesuatu yang belum
jelas kebenarannya. Di kalangan ilmuwan Barat, keraguan menjadi salah satu ciri
epistemologinya. Mereka berangkat dari keraguan ketika menghadapi suatu
persoalan pengetahuan yang belum terpecahkan secara meyakinkan.
Melalui suatu sikap yang demikian inilah, para
ilmuwan terlatih untuk tidak cepat-cepat bersikap apriori terhadap kebenaran
maupun kesalahan suatu pernyataan. Akan tetapi keraguan sebagai suatu metode
epistemologi oleh para filosof Barat nampaknya mempunyai konsekuensi yang
berputar-putar. Intinya selama yang dicapai hanyalah kebenaran yang mengandung
keraguan, maka tidak akan memberikan kemantapan dan keyakinan kepada para
pengikutnya. Akibatnya mereka hanya berputar-putar dalam keraguannya saja.
2. Pendekatan Rasional-Empirik
Sebenarnya dalam metode skeptis tidak bisa
dilepaskan dari metode rasional. Dalam mekanisme kerja epistemologi Barat,
penggunaan rasio menjadi mutlak dibutuhkan. Tidak ada kebenaran ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan tanpa mendapat pembenaran dari rasio. Posisi rasio
yang begitu besar dapat mendominasi kriteria pengesahan suatu ilmu pengetahuan.
Bersama metode yang lain, rasio menentukan keabsahan suatu ilmu pengetahuan.
Namun, rasio memiliki kekuatan yang paling besar dalam menentukan keabsahan
ilmu pengetahuan
Rene Descartes mengajukan empat langkah berpikir
yang rasionalistis:
1.
Tidak
boleh menerima begitu saja hal-hal yang belum diyakini kebenarannya, akan
tetapi harus hati-hati dalam mengkaji hal tesebut.
2.
Menganalisis
dan mengklasifikasikan setiap permasalahan melalui pengujian yang teliti ke
dalam sebanyak mungkin bagian yang diperlukan bagi pemecahan yang memadai.
3.
Menggunakan
pikiran dengan cara demikian, diawali dengan menganalisis saran-saran yang
paling sederhana dan paling mudah diungkapkan.
4.
Dalam
setiap permasalahan dibuat uraian yang sempurna serta dilakukan peninjauan
kembali secara umum.
Sedangkan lawan dari rasional adalah empiris.
Pendekatan ini memanfaatkan pengalaman indrawi sebagai metode untuk
mewujudkan ilmu pengetahuan. Disamping itu pengalaman indrawi juga berfungsi
sebagai pnentu validitas ilmu pengetahuan. Meskipun empirisme juga ada yang
mengarah kedalam pengalaman batin, tetapi disini lebih mengarah kepada
materialisme. Pada prinsipnya sebuah kebenaran diukur dengan empiris.
Dari pemaparan diatas tampak dua metode yang saling
bertentangan dalam mencapai ilmu pengetahuan, yaitu metode rasional dan
empiris. Keduanya merupakan metode yang berat sebelah dalam epistemologi Barat.
Sebenarnya secara riil, kedua metode tersebut sama-sama berperan dalam
menemukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan sekarang lebih
bersifat empiris yang lebih mementingkan pengalaman, observasi dan penelitian
/eksperimental ditambah cara-cara berpikir ala Descartes.
3. Pendekatan Dikotomik
Barat memisahkan antara kemanusiaan (humanitas) dari
ilmu-ilmu sosial, karena pertimbangan metodologi. Menurutnya ilmu itu harus
obyektif yang bebas dari distorsi tradisi, idiologi, agama maupun golongan.
Disamping itu juga karakteristik epistemologi Barat adalah dikotomi antara
nilai dan fakta, realitas objektif dan nilai-nilai subjektif, antara pengamat
dan dunia luar.
Maka dari itu pembagian pengetahuan yang bersifat
dikotomi itu tidak diterima oleh Islam, karena berlawanan dengan kandungan
ajaran Islam sendiri, dan nanti akan menyebabkan kehancuran keilmuan di masyarakat
muslim.
4. Pendekatan Positivis-Objektivis
Ciri positif dari epistemologi Barat adalah
dipengaruhi oleh positivisme, suatu ajaran yang digagas oleh Comte.
Positivisme telah memainkan peran penting dalam mewarnai corak pengetahuan yang
berkembang sekarang ini, sehingga pengetahuan Barat yang mendominasi seluruh
dunia ini serba empiris, material, kausal, kuantitatif, dualistik, reduksionis,
proporsional, verifikatif dan bebas nilai. Implikasinya adalah ilmu pengetahuan
sekarang ini makin jauh dari cita rasa moral dan nilai.
Pendekatan yang dekat dengan positif tersebut adalah
objektif. Yang dimaksud pendekatan objektivis ini adalah pendekatan yang
memandang pengetahuan manusia sebagai suatu sistem pernyataan atau teori yang
dihadapkan pada diskusi kritis, ujian intersubjektif atau kritik timbal
balik.Dalam realitanya, pendekatan objektivis ini memberikan banyak manfaat.
Pendekatan ini senantiasa menumbuhkan kejujuran intelektual dan keterbukaan.
Pendekatan ini sesungguhnya adalah pendekatan yang dipakai ilmuwan untuk
menyatakan fakta secara apa adanya, tanpa adanya paksaan atau tekanan
tertentu.
Oleh karena itu, pendekatan objektivis ini
menghasilkan konsekuensi tertentu, seperti kontinuitas kritik. Suatu ilmu dapat
dikatakan benar jika dapat bertahan dari gempuran-gempuran kritik. Bahkan yang
disebut sebagai ilmu itu salah satu indikasinya bila suatu saat salah. Ketika
ilmu tidak dapat bertahan dari kritikan berarti telah pudarlah kebenarannya.
5. Pendekatan Antimetafisika
Epistemologi modern yang diawali oleh Descartes
telah menunjukkan atau mengarah pada antroposentrisme. Kecenderungan filsafat
pada zaman ini adalah dalam bidang epistemologi, sehingga kurang begitu
memperhatikan mengenai aksiologi atau ontologi. Bahkan positivisme menolak
cabang filsafat metafisika.
Dalam hal ini juga terjadi penolakan terhadap
realitas dan keberadaan Tuhan. Hal itu tercermin dalam metode-metode
epistemologinya yaitu rasionalisme logis, empirisme logis dan lain-lain. Bahkan
model pemikiran mereka masih menjamur sampai sekarang yaitu menempatkan manusia
pada posisi yang menentukan segala-galanya.
HASIL PENGETAHUAN
1.
Konsep
suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek,
peristiwa atau fenomena lainnya.
Woodruff (dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut:
a.
suatu
gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna
b.
suatu
pengertian tentang suatu objek
c.
produk subjektif yang berasal dari cara seseorang
membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya
(setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).
Woodruff (Amin, 1987) telah mengidentifikasi 3 macam konsep yaitu :
1.
konsep proses: tentang kejadian atau perilaku dan
konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan bila terjadi
2.
konsep struktur: tentang objek, hubungan atau struktur
dari beberapa macam, dan (3) konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan
tidak mempunyai eksistensi yang berdiri sendiri.
3.
konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan
tidak mempunyai eksistensi yang berdiri sendiri
Dalam konsep dapat ditarik suatu hasil yaitu proses. proses tersebut dapat
memperoleh :
·
memperoleh informasi
·
transformasi informasi
·
menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan.
2.
Hubungan atas Konsep
ü Negasi
suatu
pernyataan yang diperoleh dari suatu pernyataan sebelumnya dan mempunyai nilai
kebenaran yang berlawanan dengan pernyataan sebelumnya.
ü Kolerasi
Penegtahuan
yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara
dua peubah acak (random
variable).
ü Sebab akibat
Konsep
yang bermula betolak dari sebab atau akibat lalu maju menuju sebab atau akibat.
Pada inti nya adanya kesatuan atau hubungan erat antara
awal konsep dan akhir konsep berupa hubungan kausalitas. Biasanya hubungan
kausalitas sendiri membentuk 3 pola.
3.
Hasil à Teori /
Penjelasan
Dari konsep- konsep tersebut dapat memberikan hasil yaitu sebuah teori yang
dapat di uji dengan pengetahuan pengetahuan yang sebelumnya di teliti dahulu.
DAFTAR PUSTAKA